Seputar Ibtida'

Segala puji bagi Allah tak hentinya kita lafazkan, karena begitu banyak nikmat yang sudah diberikan, nikmat Islam, nikmat Iman, nikmat sehat wabil khusus nikmat diberikanya usia kita sekarang untuk membaca Artikel ini, dan semoga di usia sekarang kita selalu di mudahkan Istiqomah untuk beribadah dan beramal jariyah, Amin

Sholawat dan salam juga kita lantunkan kepada junjungan kita, Baginda nabi Muhammad SAW, karena dengan tuntunan serta bimbinganya, baik itu mengenai Tauhid maupun Aqidah Akhlak serta adab hubungan sesama manusia, akhirnya kita dapat keluar dari zamanya Jahiliyah (kegelapan) hingga sekarang ini.

Apabila berwaqaf atau berhenti dengan waqaf Idhtirari maupun Intizhari, yang maksudnya berhenti tidak dengan sempurna bacaan itu, maka mesti mengulangi kembali bacaan sebelumnya atau (Ibtida’), dimulai dari tempat yang sesuai pula kalimatnya.

Contoh pada bacaan pada surah al baqara ayat 143 :

Artinya : …………………sekalipun itu hal berat, kecuali orang-orang yang dipimpin oleh allah, tuhan tidak saja membuang dengan percuma keimananmu, sesungguhnya tuhan itu maha penyantun dan maha penyayang kepada manusia.

Ibtida’ ( الإِبْتِدَاءُ ) mempunyai akar kata dari بَدَأَ yang artinya memulai.
Sedangkan menurut istilah ulama Qurra’ adalah memulai membaca al-Qur’an, baik memulai dari awal maupun meneruskan bacaan yang semula dihentikan.
Pada pengertian diatas, tampak bahwa Ibtida’ mempunyai dua versi.

Pertama, memulai membaca al-Qur’an untuk pertama kalinya. Misalnya seusai sholat, seseorang membaca surat al-Baqarah, ketika membaca lafad: اٰلٰمٓ itulah yang dinamakan ibtida’, yakni memulai pertama kali membaca al-qur’an.

Kedua, memulai membaca al-Qur’an setelah berhenti yang semula sudah membaca al-Qur’an. Misalnya seseorang membaca surah Al-Fatihah ayat pertama dan kedua : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُلِلهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ lalu berhenti kemudian diteruskan dengan ayat ketiga, maka pada saat memulai membaca ayat ketiga itulah yang disebut ibtida’.

Selain berwaqaf pada tempat yang telah ditentukan, kita boleh juga berwaqaf ditempat lain yang disebut diatas, berhubung nafas habis dan lain sebagainya, jadi paling tidak mesti memahami walaupun tidak semuanya, artinya minimal mengetahui kata sambungnya, atau yang biasa disebut (Athab).

Adapun beberapa contoh kata sambung atau”Athab” adalah dibawah ini :

Apabila berhenti pada bacaan dibawah ini :

  • Washal

Washal ( الوَصْلُ ) mempunyai akar kata dari وَصَلَ yang artinya sambung menyambung.
Sedangkan menurut istilah ulama Qurra’ adalah menyambungkan dua ayat yang semestinya boleh berhenti. Karena nafas masih kuat dan ayat tersebut (yang dibaca) boleh disambung, maka pembaca mewashalkan kedua ayat itu.
Contoh : seseorang membaca QS. Al-Ikhlas ayat 1 dan 2, maka dibaca washal: قُلْ هُوَ اللهُ اَحَدَ نِ الله الصَّمَدُ walaupun sebenarnya boleh dibaca :

1. قُلْ هُوَاللهُ اَحَدً
2. اللهُ الصَّمَدُ

Waqaf “Wamakanallah” bearti tidak sempurna, dalam istila NAHU, dikenal dengan nama “Mubtada”, sedangkan mubtada itu haarus ada kabarnya, jadi ada baiknyaa mulai sekarang sedikit banyak belajar mengenai kata sambung yaang di uraikan diatas, dengan harapan pada saat melakukan ibtida’ sesuai dengaan makna atau maksud dari ayat tersebut.

Jika artikel ini ada kekeliruan atau berlebihan atau ingin bertanya lebih lanjut, dapatlah kiranya memberikan masukan atau saran melalui kontak penulis.

Jazakallahu Khairan

< Demikian >

Budi Syamsurizal Orangnya supel, suka bergaul, selalu terbuka untuk berbagi dalam hal yang positif, senang mengikuti seputar literasi teknologi yang berbasiskan digital marketing.

0 Response to "Seputar Ibtida'"

Post a Comment

Masukan dan saran dapat di sampaikan pada kolom contact form di bawah ini 🙏

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel